Jam pelajaran Biologi Pak Ubay. Yang kadangkala kuselingkuhi dengan headset dengan pandangan yang-pokoknya-bukan-ke-depan, karena tidak kuat melihat video-video mengerikan yang seringkali diputarnya (red: video operasi, anatomi manusia, dll) yang mungkin baginya menunjang belajar siswa. Hah.
Siang tadi, sekali lagi diputar beberapa buah video-video lain, atas request anak-anak. Kelas kami, XI-IA 3, sedang mempelajari bab Reproduksi Manusia.
Terdengar berbagai seruan.
"Pak! Video melahirkan Pak!"
"Iya itu! Lahir normal aja Pak."
"Lahir sesar dulu aja Pak!!!" seruan yang terdengar dari para anak cowok. Aku hanya terdiam, dalam hati aku mbatin, sedikit mangkel. Segitu semangatnya mau lihat video sesar, apa mereka nggak tau gimana penderitaan cewek yang harus melahirkan... Sedangkan mereka tak usah mengalaminya, hanya melihatnya.
Di sisi lain, ya, aku hanyalah anak gocik yang tidak hobi melihat video bagian-dalam-tubuh-manusia, apalagi mengetahui kenyataan kelak aku akan mengalaminya.
Pak Ubay pun menyetel video lahir sesar tersebut dan... Jeng jeng. Tampillah seorang wanita yang kandungannya sedang diobok-obok oleh dokter, berusaha mengeluarkan bayi di dalamnya.
Serentak seluruh anak cewek di kelasku berteriak histeris, terutama aku. Aku langsung membalikkan badan, tidak sanggup melihat lagi, menangis, dan berteriak, "Emoh.. Emoh..!" Ya Tuhan, begitu mengerikannya.
Teringat sekitar 11 tahun lalu, saat Mama melahirkan adikku dengan operasi sesar. Ternyata inikah yang disebut sesar......
Begitu beratnya tugas seorang ibu untuk menjaga kandungannnya tetap sehat dan kelak dapat lahir dengan normal, sehingga tidak harus lahir dengan sesar.. Jauh lebih berat lagi, agar anaknya dapat lahir tanpa suatu cacat apapun.
Setelah video obok-obok-perut tersebut, dilanjutkan video lahir normal. Terlihat seorang wanita yang berjuang mengeluarkan anaknya dengan susah payah, ngeden, dan tangisan kesakitan yang menggelora. Dan akhirnya... Lahirlah seorang bayi yang lucu. Aku jadi ikut nangis, membayangkan kelak nanti aku harus mengalami fase itu..
Ya Tuhan, kenapa aku harus menjadi wanita. Namun ini juga salah satu anugerahMu untukku yang patut disyuuri, adalah sebuah bentuk kehormatan untuk dapat melahirkan ciptaanNya yang baru di dunia ini.
Video tersebut pun dilanjutkan dengan video-video lain. Tentang perkembangan bayi 9 bulan di dalam kandungan, dari awal terbentuknya sampai ia lahir dari kandungan ibunya. Begitu rumit, dan ajaib. Lebih dari mesin secanggih apapun. Begitu hebatnya karya tangan Tuhan..
Pikiranku melayang kemana-mana. Hah, tugas awal yang sudah cukup berat. Aku semakin merasakan beratnya menjadi seorang ibu, harus menjaga dan hidup bersatu dengan janinnya selama 9 bulan lamanya. Dengan sangat hati-hati tentunya.
Dan ketika Pak Ubay menyetel video tentang orang berkepala dua... Satu badan, satu jantung, dua kepala, dua otak, dua pikiran. Pintu hatiku terketuk sekali lagi. Begitu berat pastinya hidup mereka. Mereka juga tidak ingin seperti itu, apalagi ibunya.
Aku sangat berterimakasih dan bersyukur seketika itu juga, karena walaupun mungkin masih banyak kekurangan pada diriku, namun aku lahir dengan normal tanpa cacat fisik apapun. Terimakasih, Tuhan..
Terimakasih Mama, karena telah mengorbankan segalanya demi melahirkanku ke dunia, mengorbankan kebebasanmu, menahan rasa sakit, menjagaku sebisa mungkin, memberikan asupan yang terbaik, hidup bersatu dalam satu tubuh selama 270 hari..
Dan melahirkanku di dunia ini dengan tanpa kurang suatu apapun.
Terimakasih Mama, karena telah menerimaku apa adanya dengan kekurangan dan kelebihanku. Karena telah beribu-ribu kali memberikan maaf atas segala kesalahan yang ku perbuat.
Aku pernah sampai 1 tahun nggak kontak blas sama Mama, karena fatalnya masalah yang ada di antara kita. Bisa bayangkan betapa sedihnya hatiku... Tapi aku yakin mungkin dia lebih sakit. Pasti sakit sekali, bila anak yg telah kau kandung dan lahirkan dengan susah payah dan sakit yang luar biasa, menyakiti hatimu secara sengaja maupun tidak sengaja. Maaf, Mama...
Terimakasih Mama, atas segala pengorbananmu. Telah membanting tulang sendirian untuk membiayai dan memberikan yg terbaik untukku, merawatku dari awal aku hinggap dalam rahimmu, hingga kini, walaupun sekarang kita dipisahkan oleh jarak.
Kalau ada orang yang bertanya, siapakah orang yang paling hebat di dunia ini? Aku akan menjawab, "Mama."
Rabu, 16 Mei 2012
Sabtu, 12 Mei 2012
Lukisan Kehidupan
Kugoreskan pensil dalam selembar kertas putih di hadapanku, membuat sebuah garis, tebal. Dan kemudian saat merasa janggal, aku menghapusnya... Kemudian aku menyadari sesuatu.
Walaupun goresan pensilnya sudah terhapus, namun masih meninggalkan bekas walaupun aku sudah menggesekkan penghapus itu sekuat tenaga.
Seperti kehidupan. Akan beda ceritanya kalau kamu menggoreskan pensil tipis-tipis karena keragu-raguan, dengan mudah gambar itu akan terhapus.
Saat kamu berharap dan melangkah pasti, menggoreskannya tebal-tebal dengan keyakinan, dan suatu saat kamu dituntut untuk menghapus semua garis, alur cerita yang telah kamu lalui... Maka akan selalu membekas di hati. Dalam pikiranmu, dalam hidupmu. Dalam lembaran kertas itu.
Kamu dapat memberikan warna dalamnya, untuk menutupi semua bekas yang ada, mengisi sketsa yang semu dengan paduan warna yang indah.
Dan saat kamu terlanjur mewarnainya dan lagi-lagi menyadari kejanggalan dalam warna-warni lukisan tersebut,
Dapatkah kamu menghapus semua warna tersebut dan mengembalikan kertas seperti sedia kala?
Pensil warna, masih bisa terhapus walaupun masih sedikit membekas.
Krayon, cat air... Kamu hanya dapat merusak kertasnya apabila mencoba menghapusnya.
Semakin pasti, semakin sulit terhapuskan.
Yang bisa kamu lakukan adalah,
Memilih diantara dua pilihan: menyimpan kertas tersebut, atau membuangnya
Dan membuka lembaran baru, memulai kembali dari nol
Atau tetap melanjutkan lukisan tersebut, mencoba membenahi warna yang janggal
Dengan mencampurkan warna lain sehingga menghasilkan warna yang kamu inginkan
Seperti itulah kehidupan.
Walaupun goresan pensilnya sudah terhapus, namun masih meninggalkan bekas walaupun aku sudah menggesekkan penghapus itu sekuat tenaga.
Seperti kehidupan. Akan beda ceritanya kalau kamu menggoreskan pensil tipis-tipis karena keragu-raguan, dengan mudah gambar itu akan terhapus.
Saat kamu berharap dan melangkah pasti, menggoreskannya tebal-tebal dengan keyakinan, dan suatu saat kamu dituntut untuk menghapus semua garis, alur cerita yang telah kamu lalui... Maka akan selalu membekas di hati. Dalam pikiranmu, dalam hidupmu. Dalam lembaran kertas itu.
Kamu dapat memberikan warna dalamnya, untuk menutupi semua bekas yang ada, mengisi sketsa yang semu dengan paduan warna yang indah.
Dan saat kamu terlanjur mewarnainya dan lagi-lagi menyadari kejanggalan dalam warna-warni lukisan tersebut,
Dapatkah kamu menghapus semua warna tersebut dan mengembalikan kertas seperti sedia kala?
Pensil warna, masih bisa terhapus walaupun masih sedikit membekas.
Krayon, cat air... Kamu hanya dapat merusak kertasnya apabila mencoba menghapusnya.
Semakin pasti, semakin sulit terhapuskan.
Yang bisa kamu lakukan adalah,
Memilih diantara dua pilihan: menyimpan kertas tersebut, atau membuangnya
Dan membuka lembaran baru, memulai kembali dari nol
Atau tetap melanjutkan lukisan tersebut, mencoba membenahi warna yang janggal
Dengan mencampurkan warna lain sehingga menghasilkan warna yang kamu inginkan
Seperti itulah kehidupan.
Langganan:
Postingan (Atom)