"Bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?"
Kami memang bukan cat warna, yang satu dapat dicampur dengan warna lain sehingga dapat menghasilkan warna baru. Kami bukan bunyi, yang jika dibunyikan bersama, akan bersatu menghasilkan bunyi yang lebih keras. Kami bukan zat kimia, yang dapat direaksikan satu dengan yang lain kemudian menghasilkan zat baru.
Kami bukan sel sperma dan sel telur, yang bila bertemu akan bersatu menghasilkan kehidupan baru.
Kami bahkan bukan air dan minyak, yang masih dapat disatukan dengan koloid.
Kami, Terang dan Gelap.
Gelap sangat membutuhkan Terang untuk menerangi sudut hatinya. Namun bukan hanya Gelap yang haus akan Terang.
Terang tak akan bisa bersinar jika tak ada Gelap di sisinya.
Tanpa Terang, Gelap akan selamanya kelam dan hampa. Tanpa Gelap, Terang tak akan bercahaya. Mereka saling membutuhkan, walau saling terpisah.
Kami begitu dekat. Dan, kami bahagia. Meskipun tak dapat meraih satu sama lain. Tak dapat menyentuh hangatnya Terang dan sejuknya Gelap. Apalagi melebur jadi satu.
Kami abadi, walaupun semu. Inilah suratan takdir.
Kami abadi, walaupun semu. Inilah suratan takdir.
Kami saling melengkapi, walaupun takkan pernah bisa bersatu.
Salam hangat,
Terang
yang bercahaya dalam relung hati Gelap
Tidak ada komentar:
Posting Komentar